Selasa, 14 Januari 2014

Pendidikan Seumur Hidup

Posted by cempaka20 On 16.11


IMPLIKASI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP TERHADAP KURIKULUM PELAJAR SEUMUR HIDUP 


  

Disusun Oleh:
1.      EMBUN MELATI WIDYASIH
2.      NUR INAYAH
3.      SEPTIYA YUNINGSIH


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013


KATA PENGANTAR

Pertama kami mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan YME, atas segala kebesaran dan kelimpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Seumur Hidup yang berjudul “IMPLIKASI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP TERHADAP KURIKKULUM PELAJAR SEUMUR HIDUP” dengan baik.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah  ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan penulisan  makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah  ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.


                                                         
Semarang,


Penulis,








DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL............................................................................................... 1
KATA PENGANTAR........................................................................................... ..2
DAFTAR ISI........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang Masalah...................................................................................... 4
1.2. Tujuan Penulisan................................................................................................. 4
1.3. Manfaat  Penulisan.............................................................................................. 5
                                    
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 6
2.1. .     6
2.2.      9

BAB III PENUTUP................................................................................................ 11
      3.1. Kesimpulan....................................................................................................... 11
      3.2.  Saran............................................................................................................... 11











BAB 1
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin mencapai suatu kehidupan yang optimal. Selama manusia barusaha untuk meningkatkan kehidupannya, baik dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, kepribadian, maupun keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama itulah pendidikan masih berjalan terus.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia transformasi, dan di dalam masyarakat yang saling mempengaruhi seperti saat zaman globalisasi sekarang ini. Setiap manusia dituntut untuk menyesuaikan dirinya secara terus menerus dengan situasi baru.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan pada sekolah. Sistem sekolah secara tradisional mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad terakhir ini, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tuntutan manusia yang makin meningkat. Pendidikan di sekolah hanya terbatas pada tingkat pendidikan dari sejak kanak-kanak sampai dewasa, tidak akan memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia yang berkembang sangat pesat. Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan suatu sistem yang fleksibel. Pendidikan harus tetap bergerak dan mengenal inovasi secara terus menerus.
Menurut konsep pendidikan sepanjang hayat, kegiatan-kegiatan pendidikan dianggap sebagai suatu keseluruhan. Seluruh sektor pendidikan merupakan suatu sistem yang terpadu. Konsep ini harus disesuaikan dengan kenyataan serta kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang telah maju akan memiliki kebutuhan yang berbeda dengan masyarakat yang belum maju. Apabila sebahagian besar masyarakat suatu bangsa masih yang banyak buta huruf, maka upaya pemeberantasan buta huruf di kalangan orang dewasa mendapat prioritas dalam sistem pendidikan sepanjang hayat. Tetapi, di negara industri yang telah maju pesat, masalah bagaimana mengisi waktu senggang akan memperoleh perhatian dalam sistem ini.

Pendidikan bukan hanya berlangsung di sekolah. Pendidikan akan mulai segera setelah anak lahir dan akan berlangsung sampai manusia meninggal dunia, sepanjang ia mampu menerima pengaruh-pengaruh. Oleh karena itu, proses pendidikan akan berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat .
1.2  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.         Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Pendidikan Seumur Hidup
2.         Mengetahui implikasi PSH terhadap pelajar
3.         Mengetahui kurikulum Sekolah dalam Pendidikan Seumur Hidup
1.3       Manfaat Penulisan Makalah
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah di antaranya sebagai berikut :
1.         Untuk pembuat makalah : mendapatkan pengetahuan serta wawasan beru tentang pembuatan makalah yang baik dan benar serta dapat mengetahui bagaimana hasil makalah buatan kami
               2.      Untuk pembaca : dengan diselesaikannya masalah ini diharapkan pembaca bisa sedikit bertambah wawasannya tentang implikasi PSH terhadap kurikulum sekolah.
               3.      Untuk mahasiswa lain : menambah motivasi mereka untuk terus berkreasi dalam berkarya serta berfikir kritis.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1       IMPLIKASI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP TERHADAP KURIKULUM  PELAJAR SEUMUR HIDUP
Sebelum diskusi unsur pertama desain kurikulum yang berorientasikan pada pendidikan seumur hidup, patut ditanyakan seperti apakah pelajar seumur hidup itu? Pelajar seumur hidup yaitu sesorang yang belajar dari pengalaman dan belajar seumur hidup. Salah Satu implikasi pendidikan seumur hidup yang paling penting ialah hanya peranan dan ketrampilan guru diharapkan berubah tetapi ide siapa yang disebut guru itu akan diperluas. Sebagai contoh sekelompok orang yang disebut “pendidik” tetapi tidak dikenal sebagai guru dan tidak berfungsi didalam sistem persekolahaan konvensional. Kelompok orang ini mencakup ahli perpustakaan bimbingan dan penyuluhan, dan lain sebagainya, dan ahli-ahli yang bekerja di museum, ahli-ahli yang bekerja di kebun binatang (ahli purbakala, ahli burung dan sebagainya). Ahli pendidikan diasosiasi professional, trainning officer di pabrik-pabrik atau diangkatan bersenjata, pekerja social. Dalam pembahasan ini, jawabannya akan dinyatakan dengan menggunakan istilah kejiwaan. Kerangka yang akan digunakan model tiga pihak yang sudah sering kali disinggung sebelumnya, pelajar seumur hidup dapat dilihat secara kejiwaan dalam segi intelektual, kognitif dan motivasi/ sosio afektif.
Dalam domain intelektual dan kognitif, bahkan berfungsi untuk menganalisis konsep pendidikan seumur hidup dan outline jalannya pertumbuhan kejiwaan. Outline itu menunjukan pelajar seumur hidup menganggap bahwa pendidikan adalah segala sesuatu yang diperoleh dari pengalaman dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan untuk menghadapi suatu perubahan, karena perjalanan hidup kita di penuhi dengan kemungkinan. Sebagai tenunan dalam komulatif secara terus menerus. Dan pengetahuan sekarang berfungsi sebagai basis untuk pertumbuhan kognitif (pengetahuan) berikutnya. Pelajar akan menghubungkan informasi baru kedalam kerangka umum yang sudah ada, dan terus menerus mengintegrasikan pengetahuan barunya kedalamnya. Pelajar akan dilengkapi dengan teknik-teknik mendapatkan pengetahuan dan secara keseluruhan akan menyadari adanya sumber pengetahuan di luar kelas. Terlebih penting, mereka akan diterampilkan dalam  menggunakan pengetahuan. Mereka diharapkan memahami bahwa pengetahuan dan informasi adalah network yang berkembang bahwa kita hidup dalam dunia yang sedang berubah, didalamnya terdapat bagian yang terus menerus yang bersambungan. Ini berarti, meskipun mereka mengembangkan keahlian khusus relative dalam bidang terbatas, namun kedudukan spesialisasi hanya nomor dua dalam konsep dasar yang luas.
Dalm pembicaraan motivasi, pelajar seumur hidup adalah sesorang yang mengembangkan kemampuan untk dapat dimotivasi secara positif oleh kebutuhan agar belajar lebih banyak.  Motivasi positif itu, dapat  dilihat tidak pada tingkat urutan usia dalam diri individu tertentu, disebut integeritas vertical. Juga dapat dilihat manifestasi positif terhadap belajar dalam banyak lingkungan kehidupan, disebut integeritas horizontal, yaitu integrasi antara pendidikan dengan sebagian aspek besar kehidupan, seperti rumah, pekerjaan, waktu senggang dan sebagainya. Pelajar seumur hidup akan terus menerus mencari perubahan, sesuatu dan pertumbuhan person dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana yang bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi dirinya berupa sikap, tindak dan karya tanpa bantuan orang dalam upaya untuk memperoleh lapangan pekerjaan dan untuk meningkatkan mutu dan taraf hidupnya.
Dalam domain sosio afektif, pelajar seumur hidup diharapkan untuk meliht diri mereka sendiri sebagai pelajar seumur hidup secara vertical, dan juga hubungannya dengan berbagai macam segi  kehidupan secara horizontal. Belajar berkelanjutan akan memperbaiki image sendiri, dan akan melahirkan pengalaman-pengalaman emosional positif dalam hubungannya dengan teman-temannya, mereka akan tertarik memainkan peranan social baru bersedia untuk meninggalkan status social yang sudah mapan untuk mengembangkan keanggotaan kelompok baru dan sebagainya.
2.2       DAPATKAH SEKOLAH DAPAT MENGEMBANGKAN PELAJAR SEUMUR HIDUP
Sudah dibahas dalam bab terdahulu bahwa motivasi, kognitif dan sosio affektif membuat individu dinamis dan mengembangkan sifat-sifat yang menggerakan proses pertumbuhan sepanjang hidup. Pertanyaan penting dalam analisis ini apakah proses perkembangan dapat menerima perubahan sebagai akibat pengelolaan disengaja dan strukturalisasi pengalaman sepanjang urutan perkembangan kejiwaan dengan jenis persekolahan yang dialami seseorang jika tidak ada hubungan seperti itu pembicaraan tentang perbedaan organisasi kurikulum seluruhnya akan menjadi sia-sia dengan alasan itu tepat untuk dinyatakan apakah perkembangan kejiwaan dipengaruhi oleh jenis pengalaman yang berbeda atau apakah jalannya perkembangan ditentukan sebelumnya dan tidak dapat diletakan jika perkembangan mengikuti built in blue print akan sedikit sekali berbeda point dalam mendesain sistem  pendidikan yang berbeda.
2.3       SIFAT KEJIWAAN PELAJAR SEUMUR HIDUP
2.3.1        Kognitif (pengetahuan) nya diperlengkapi dengan baik
·        Kenalnya dengan bermacam-macam disiplin dan keterampilan
·        Kenal  dengan struktur pengetahuan tidak hanya sekedar fakta
·        Terampil menghadapi alat-alat belajar dan struktur disiplin terhadap tugas-tugas baru
·        Sadar adanya hubungan antara keterampilan kognitif dan kehidupan nyata
2.3.2        Mempunyai kemampuan yang tinggi untuk didik
·        Memiliki strategi belajar yang berbeda-beda
·        Dapat belajar dalam keadaan yang berbeda-beda, seperti seorang  diri dalam kelompoknya dan sebagainya
·        Diperlengkapi dengan keterampilan belajar dasar yang baik seperti membaca mengobservasi, mendengarkan dan dapat mengerti non verbal
·        Trampil dalam menggunakan banyak macam belajar seperti bahan cetak berfikir kritis dan interpelasi data
·        Trampil dalam mengidentifikasikan kebutuhan belajarnya
2.3.3        Termotivasi untuk menjalankan proses belajar seumur hidup
·        Sadar akan kecepatan perubahan dan efeknya terhadap kehidupan sosial pengetahuan dan keterampilan kerja
·        Sadar bahwa sekolah formal hanya permulaan belajar dalm kehidupan
·        Sadar akan tanggung jawab pribadi untuk memperoleh pengetahuan baru keterampilan dan sikap
·        Sadar akan sebagai alat penting untuk pertumbuhan pribadi  dan masyarakat
2.4       LINGKUNGAN DAN PERKEMBANGAN KEJIWAAN
Pada tahun 1973 Hunt menunjukan pandangan terdahulu mengenai apa yang  disebut dengan perkembangan kejiwaan modern yang menopang pendapat bahwa jalannya perkembangan relative sudah dilakukan meskipun para penulis seperti Galton pada tahun 1869 mengikuti efek pengalaman pada pertumbuhan kejiwaan namun terdapat kepercayaan sangat kuat bahwa potensi orang untuk bervariasi sebagai akibat pengalaman sangat sedikit dengan kata lain lingkungan dapat dipercaya sedikit pembelokan jalannya perkembangan yang sudah ditetapkan oleh Heredy pandangan ini termasuk apa yang dikatakan Hunt sabagai kepercayaan “pedetermined development”
Sebelum perang  dunia ke-2 bukti-bukti mulai dikumpulakn untuk menunjukan bahwa perkembangan jauh dari yang sudah ditentukan. Bukti itu sering kali diasosiasikan dengan perubahan drastis pada performance intelektual anak-anak yang mengalami perubahan sangat besar. Kondisi lingkungan mereka tinggal dalam tahun terakhir, telah dikembangkan sejumlah besar bukti yang menunjukan bahwa belajar terjadi dalam sehari-hari pertama kehidupan ketidakadaanpergaulan sosial pada hari-hari pertama kehidupan menyebabkan tidak simpati dan kerusakan social pada anak-anak kecil. Ketidak addan pengalaman sosial pada tahun-tahun pertama kehidupan karena bulan akan berakibat kekurangan kemampuan visual secara permanen dan sebagainya. Penenrimaan pendapat bahwa perkembangan kejiwaan dapat di modifikasi oleh pengalaman, termasuk apa yang dikatakan oleh Hunt. Pentingnya pengalaman pada tahun-tahun permulaan kehidupan manusia bagi pembentukan perkembangan dimasa mendatang.
Bukti bahwa adanya plastisitas perkembangan sekarang ini sangat kuat sekali. Lebih jauh dari itu tampaknya plastisitas meliputi rentangan fungsi kejiwaan yang sangat luas, umpamanya green berg, uzgaris, dan hunt pada tahun 1968 menunjukan bahwa kemampuan untuk mengkoordinasikan fungsi penglihatan dan pegangan pada waktu bayi menjangkau dan memegang objek yang dilihat dengan perhatian matanya, dimodifikasi untuk pengalaman aktivitas memegang dan melihat sebelumnya. Penggunaan fungsi sensor aktif motorik itu ditunjang besar sekali oleh apa yang disebut hunt praktis. Hunt dan kawan-kawannya juga menunjukan perkembangan secara jelas bahkan sangat mendasar, yaitu tentang kemampuan kognitif yaitu pemahaman anak terhadap objek eksternal yang ada, bahkan ketika objek itu tidak dapat dilihat. Kemampuan kognitif berhubungan erat sekali dengan menguasai kehidupan lingkungan yang memberikan kesempatan untuk menguasai ketrempilan kognitif. Dengan demikian ketrampilan kognitif seseorang tidak akan berkembang  dengan baik jika tidak ada kesempatan untuk mengembangkannya. Aspek lain kejiwaanyang dipengaruhi oleh pengalaman termasuk kemampuan untuk membentuk kasih sayang social, kemampuan untuk mengira kedalam dan mengenal bentuk, motivasi untuk mencari kesenangan dan menghindari mempengeruhi tingkah laku orang lain ada tidaknya “ketegangan kkognitif” dalam membuat keputusan menghadapi konflik dan sebagainya implusive “orak kognitif” dan sebagainya.
Pertanyaan pertama, berapa lama plastisitas berlangsung merupakan salah satu pertanyaan penting untuk teori pendidikan seumur hidup, kedua dan issu kunci yang  berhubungan erat sekali adalah tentang tingkat kelangsungan plastisitas pada usia tertentu dibandingkan dengan jumlah maksimum. Plastisitas yang sudah ada, koes tlen pada tahun 1964 telah mengemukakan bahwa seluruh proses perkembangan dari saat konsepsi dan seluruh pengalaman dan adaptasi berikutnya merupakan hilangnya plastisitas. Kendatipun demikian hunt pada tahun 1973 menyimpilkan bahwa plastisitas berlangsung seumur hidup, ttapi ada bahkan sampai tua renta. Perkembang kemampuan intelektual menyatakan terdapat pertumbuhan yang cepat pada usia awal kehidupan anak-anak,puncak pertumbuhan relative pada usia muda, setelah itu mengalami periode pertumbuhan yang stabil dan akhirnya pertumbuhan merosot dengan cepat pada usia lanjut.



2.5       PLASTISITAS PERIODE KRITIS DAN INTERAKSI
Plastisitas adalah konsep utama dalam pendidikan. Konsep pendidikan sebagai alat untuk mengembangkan individu yang belajar selama  hidupnya. Jika perkembangan telah ditentukan sebelumnya itu benar, tampaknya Cuma sedikit sekali diskusi mengenai bagaimana pendidikan di organisir. Untuk  tujuan persekolahan sekarang, yang diperlukan adalah pengertian adanya plastisitas dan efek meningkatnya usia terhadap plastisitas konsep penting dalam kontek ini adalah tentang “periode kritis” meskipun seluruh area periode menjadi sasaran perdebatan kejiwaan dan walaupun beberapa konsepsi peiode kritis itu ada namun prinsip intinya dapat dinyatakan secara sederhana.
Ringkasnya kepercayaan adanya periode kritis menyatakan bahwa terdapat tingkat usia dimana jenis pengalaman tertentu akan berefek maksimum terhadap anak-anak yang sedang berkembang suatu bahan perdebatan apakah pengalaman diluar bats usjia kritis dapat berkurang efeknya atau apakah efeknya akan minimal mendekati nol jika pengalaman penting terjadi diluar batas umm optimal. Kepercayaan akan adanya jumlah besar periode kritis dalam usia persekoalahan onvensional, barangkali menjadi satu artikel kepercayaan implisit dalam organisasi pendidikan sekarang.
Terdapat alasan kuat untuk mempercayai bahwa, paling tidak fenomena adanya sesuatu seperti periode kritis dapat dilihat besar dalam perkembangan kejiwaan manusia. Dan begitu juga besar sejumlah besar  penelitian terhadap tikus, anjing dan kera menunjukan adanya alasan kuat untuk mempercayai bahwa macam-macam aktivitas dalam kehidupan manusia seperti mengenali bentuk dan potongan, mengira kedalaman, kemampuan untukk membentuk hubungan afektif hangat dengan orang lain, dan menyenangi corak kognitif tertentu, seluruhnya berhubungan dengan waktu.
Ketidak adaan pengalaman yang terdapat pada tahun-tahun sebelumya akan membawa kerusakan permanen dan tidak dapat ditolak dalam tingkah laku serupa denngan itu anak-anak terpisah dari figur seorang ibu selama periode tertentu dalam tahun-tahun pertama kehidupan menunjukan kerusakan permanen untuk menciptakan hubungna sosial.

Seperti study dalam pieget yang dilanjutkan oleh berner dalam bidang perkembangan kognitif munculunsure perkembangan kejiwaan yang amat penting. Unsur itu dinyatakan sebagai fenomena interaksi. Jelas bahwa tidak hanya jalan perkembangan kejiwaan secara derastis yang dipengaruhi oleh pegalaman tetapi pengalaman pada suatu tingkat usia berikutnya juga mempengaruhi kejiwaan.

2.6       MODEL PENGARUH GURU
Sekolah adalah salah satu lingkungan tempat anak berinteraksi. Guru adalah aspek penting dalam persekolahan. Guru bisa mempengaruhi perkembangan secara langsung melalui pola penghargaan dan hukuman dalam merespon jenis tingkah laku murid yang berbeda-beda. Cara guru berdiskusi juga mempengaruhi murid. Jadi guru dalam kenyataannya dapat menetapkan iklim yang dapat membantu siakp dan tingkah laku tertentu serta menekan yang lainnya, pertama motivasi belajar, bahwa belajar adalah aktifitas yang berharga., konsep disekolah sebagai intruksi yang dapat menolong kedua faktor kognitif sekarang sudah dikembangkan dengan pesat pada waktu anak-anak masuk sekolah. Namun dalam system pendidikan sekarang aspek bukan kogniitif tidak banyak dimodivikasi oleh pengalaman disekolah dengan kata lain, sikap, motivasi dan aspek yang menjadi sumber utama perbedaan prestasi murid diperoleh dari luar sekolah






BAB III
PENUTUP
3.1       KESIMPULAN


 implikasi pendidikan seumur hidup sangat berperan penting terhadap kurikulum pelajar seumur hidup saat ini,karena mereka memegang prinsip dari long life education ini ,adapula periode plastisisasi yang terjadi dan perubahan terhadap menanggapi suatu masalah dan sebagainya .
dan sebagai guru sangat mempengaruhi corak kognitif dan kepribadian dari pelajar seumur hidup .

untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di powerpoint disini

Categories:

0 komentar :

Posting Komentar

  • Blogger news

  • Blogroll