IMPLIKASI
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP TERHADAP KURIKULUM PELAJAR SEUMUR HIDUP
Disusun Oleh:
1. EMBUN
MELATI WIDYASIH
2. NUR
INAYAH
3. SEPTIYA
YUNINGSIH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Pertama
kami mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan YME, atas segala kebesaran
dan kelimpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Pendidikan Seumur Hidup yang berjudul “IMPLIKASI
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP TERHADAP KURIKKULUM PELAJAR SEUMUR HIDUP” dengan
baik.
Kami
menyadari bahwa penulisan makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini.
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Semarang,
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... 1
KATA PENGANTAR........................................................................................... ..2
DAFTAR ISI........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang Masalah...................................................................................... 4
1.2. Tujuan Penulisan................................................................................................. 4
1.3. Manfaat Penulisan.............................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 6
2.1. . 6
2.2. 9
BAB III PENUTUP................................................................................................ 11
3.1.
Kesimpulan....................................................................................................... 11
3.2.
Saran............................................................................................................... 11
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Manusia
adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin mencapai
suatu kehidupan yang optimal. Selama manusia barusaha untuk meningkatkan
kehidupannya, baik dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan,
kepribadian, maupun keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama
itulah pendidikan masih berjalan terus.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang
cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia transformasi, dan di dalam
masyarakat yang saling mempengaruhi seperti saat zaman globalisasi sekarang
ini. Setiap manusia dituntut untuk menyesuaikan dirinya secara terus menerus
dengan situasi baru.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap
kritik-kritik yang dilontarkan pada sekolah. Sistem sekolah secara tradisional
mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang
sangat cepat dalam abad terakhir ini, dan tidak dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan atau tuntutan manusia yang makin meningkat. Pendidikan di
sekolah hanya terbatas pada tingkat pendidikan dari sejak kanak-kanak sampai
dewasa, tidak akan memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia yang
berkembang sangat pesat. Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan suatu sistem
yang fleksibel. Pendidikan harus tetap bergerak dan mengenal inovasi secara
terus menerus.
Menurut konsep pendidikan sepanjang hayat,
kegiatan-kegiatan pendidikan dianggap sebagai suatu keseluruhan. Seluruh sektor
pendidikan merupakan suatu sistem yang terpadu. Konsep ini harus disesuaikan
dengan kenyataan serta kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat
yang telah maju akan memiliki kebutuhan yang berbeda dengan masyarakat yang
belum maju. Apabila sebahagian besar masyarakat suatu bangsa masih yang banyak
buta huruf, maka upaya pemeberantasan buta huruf di kalangan orang dewasa
mendapat prioritas dalam sistem pendidikan sepanjang hayat. Tetapi, di negara
industri yang telah maju pesat, masalah bagaimana mengisi waktu senggang akan
memperoleh perhatian dalam sistem ini.
Pendidikan bukan hanya berlangsung di sekolah. Pendidikan
akan mulai segera setelah anak lahir dan akan berlangsung sampai manusia
meninggal dunia, sepanjang ia mampu menerima pengaruh-pengaruh. Oleh karena
itu, proses pendidikan akan berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat
.
1.2 Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan yang
ingin di capai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi tugas yang diberikan pada mata
kuliah Pendidikan Seumur Hidup
2. Mengetahui implikasi PSH terhadap
pelajar
3. Mengetahui kurikulum Sekolah dalam
Pendidikan Seumur Hidup
1.3 Manfaat
Penulisan Makalah
Adapun manfaat yang
dapat diambil dari penulisan makalah di antaranya sebagai berikut :
1. Untuk pembuat makalah :
mendapatkan pengetahuan serta wawasan beru tentang pembuatan makalah yang baik
dan benar serta dapat mengetahui bagaimana hasil makalah buatan kami
2. Untuk
pembaca : dengan diselesaikannya masalah ini diharapkan
pembaca bisa sedikit bertambah wawasannya tentang implikasi PSH terhadap
kurikulum sekolah.
3. Untuk
mahasiswa lain : menambah motivasi mereka untuk terus
berkreasi dalam berkarya serta berfikir kritis.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 IMPLIKASI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
TERHADAP KURIKULUM PELAJAR SEUMUR HIDUP
Sebelum diskusi unsur pertama desain
kurikulum yang berorientasikan pada pendidikan seumur hidup, patut ditanyakan
seperti apakah pelajar seumur hidup itu? Pelajar seumur hidup yaitu sesorang
yang belajar dari pengalaman dan belajar seumur hidup. Salah Satu implikasi
pendidikan seumur hidup yang paling penting ialah hanya peranan dan ketrampilan
guru diharapkan berubah tetapi ide siapa yang disebut guru itu akan diperluas.
Sebagai contoh sekelompok orang yang disebut “pendidik” tetapi tidak dikenal
sebagai guru dan tidak berfungsi didalam sistem persekolahaan konvensional.
Kelompok orang ini mencakup ahli perpustakaan bimbingan dan penyuluhan, dan
lain sebagainya, dan ahli-ahli yang bekerja di museum, ahli-ahli yang bekerja
di kebun binatang (ahli purbakala, ahli burung dan sebagainya). Ahli pendidikan
diasosiasi professional, trainning officer di pabrik-pabrik atau diangkatan
bersenjata, pekerja social. Dalam pembahasan ini, jawabannya akan dinyatakan
dengan menggunakan istilah kejiwaan. Kerangka yang akan digunakan model tiga
pihak yang sudah sering kali disinggung sebelumnya, pelajar seumur hidup dapat
dilihat secara kejiwaan dalam segi intelektual, kognitif dan motivasi/ sosio
afektif.
Dalam domain intelektual dan kognitif,
bahkan berfungsi untuk menganalisis konsep pendidikan seumur hidup dan outline
jalannya pertumbuhan kejiwaan. Outline itu menunjukan pelajar seumur hidup
menganggap bahwa pendidikan adalah segala sesuatu yang diperoleh dari
pengalaman dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan untuk menghadapi suatu
perubahan, karena perjalanan hidup kita di penuhi dengan kemungkinan. Sebagai
tenunan dalam komulatif secara terus menerus. Dan pengetahuan sekarang
berfungsi sebagai basis untuk pertumbuhan kognitif (pengetahuan) berikutnya. Pelajar
akan menghubungkan informasi baru kedalam kerangka umum yang sudah ada, dan
terus menerus mengintegrasikan pengetahuan barunya kedalamnya. Pelajar akan
dilengkapi dengan teknik-teknik mendapatkan pengetahuan dan secara keseluruhan
akan menyadari adanya sumber pengetahuan di luar kelas. Terlebih penting,
mereka akan diterampilkan dalam
menggunakan pengetahuan. Mereka diharapkan memahami bahwa pengetahuan
dan informasi adalah network yang berkembang bahwa kita hidup dalam dunia yang
sedang berubah, didalamnya terdapat bagian yang terus menerus yang
bersambungan. Ini berarti, meskipun mereka mengembangkan keahlian khusus
relative dalam bidang terbatas, namun kedudukan spesialisasi hanya nomor dua
dalam konsep dasar yang luas.
Dalm pembicaraan motivasi, pelajar
seumur hidup adalah sesorang yang mengembangkan kemampuan untk dapat dimotivasi
secara positif oleh kebutuhan agar belajar lebih banyak. Motivasi positif itu, dapat dilihat tidak pada tingkat urutan usia dalam
diri individu tertentu, disebut integeritas vertical. Juga dapat dilihat
manifestasi positif terhadap belajar dalam banyak lingkungan kehidupan, disebut
integeritas horizontal, yaitu integrasi antara pendidikan dengan sebagian aspek
besar kehidupan, seperti rumah, pekerjaan, waktu senggang dan sebagainya. Pelajar
seumur hidup akan terus menerus mencari perubahan, sesuatu dan pertumbuhan person
dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana yang bertujuan untuk
mengaktualisasikan potensi dirinya berupa sikap, tindak dan karya tanpa bantuan
orang dalam upaya untuk memperoleh lapangan pekerjaan dan untuk meningkatkan
mutu dan taraf hidupnya.
Dalam domain sosio afektif, pelajar
seumur hidup diharapkan untuk meliht diri mereka sendiri sebagai pelajar seumur
hidup secara vertical, dan juga hubungannya dengan berbagai macam segi kehidupan secara horizontal. Belajar berkelanjutan
akan memperbaiki image sendiri, dan akan melahirkan pengalaman-pengalaman
emosional positif dalam hubungannya dengan teman-temannya, mereka akan tertarik
memainkan peranan social baru bersedia untuk meninggalkan status social yang
sudah mapan untuk mengembangkan keanggotaan kelompok baru dan sebagainya.
2.2 DAPATKAH SEKOLAH DAPAT MENGEMBANGKAN
PELAJAR SEUMUR HIDUP
Sudah dibahas dalam bab terdahulu bahwa
motivasi, kognitif dan sosio affektif membuat individu dinamis dan
mengembangkan sifat-sifat yang menggerakan proses pertumbuhan sepanjang hidup.
Pertanyaan penting dalam analisis ini apakah proses perkembangan dapat menerima
perubahan sebagai akibat pengelolaan disengaja dan strukturalisasi pengalaman
sepanjang urutan perkembangan kejiwaan dengan jenis persekolahan yang dialami
seseorang jika tidak ada hubungan seperti itu pembicaraan tentang perbedaan
organisasi kurikulum seluruhnya akan menjadi sia-sia dengan alasan itu tepat
untuk dinyatakan apakah perkembangan kejiwaan dipengaruhi oleh jenis pengalaman
yang berbeda atau apakah jalannya perkembangan ditentukan sebelumnya dan tidak
dapat diletakan jika perkembangan mengikuti built in blue print akan sedikit
sekali berbeda point dalam mendesain sistem
pendidikan yang berbeda.
2.3 SIFAT
KEJIWAAN PELAJAR SEUMUR HIDUP
2.3.1
Kognitif
(pengetahuan) nya diperlengkapi dengan baik
·
Kenalnya dengan
bermacam-macam disiplin dan keterampilan
·
Kenal dengan struktur pengetahuan tidak hanya
sekedar fakta
·
Terampil
menghadapi alat-alat belajar dan struktur disiplin terhadap tugas-tugas baru
·
Sadar adanya
hubungan antara keterampilan kognitif dan kehidupan nyata
2.3.2
Mempunyai
kemampuan yang tinggi untuk didik
·
Memiliki
strategi belajar yang berbeda-beda
·
Dapat belajar
dalam keadaan yang berbeda-beda, seperti seorang diri dalam kelompoknya dan sebagainya
·
Diperlengkapi
dengan keterampilan belajar dasar yang baik seperti membaca mengobservasi,
mendengarkan dan dapat mengerti non verbal
·
Trampil dalam
menggunakan banyak macam belajar seperti bahan cetak berfikir kritis dan
interpelasi data
·
Trampil dalam
mengidentifikasikan kebutuhan belajarnya
2.3.3
Termotivasi
untuk menjalankan proses belajar seumur hidup
·
Sadar akan
kecepatan perubahan dan efeknya terhadap kehidupan sosial pengetahuan dan
keterampilan kerja
·
Sadar bahwa sekolah
formal hanya permulaan belajar dalm kehidupan
·
Sadar akan
tanggung jawab pribadi untuk memperoleh pengetahuan baru keterampilan dan sikap
·
Sadar akan
sebagai alat penting untuk pertumbuhan pribadi
dan masyarakat
2.4 LINGKUNGAN
DAN PERKEMBANGAN KEJIWAAN
Pada tahun 1973 Hunt menunjukan
pandangan terdahulu mengenai apa yang
disebut dengan perkembangan kejiwaan modern yang menopang pendapat bahwa
jalannya perkembangan relative sudah dilakukan meskipun para penulis seperti
Galton pada tahun 1869 mengikuti efek pengalaman pada pertumbuhan kejiwaan
namun terdapat kepercayaan sangat kuat bahwa potensi orang untuk bervariasi
sebagai akibat pengalaman sangat sedikit dengan kata lain lingkungan dapat
dipercaya sedikit pembelokan jalannya perkembangan yang sudah ditetapkan oleh Heredy
pandangan ini termasuk apa yang dikatakan Hunt sabagai kepercayaan
“pedetermined development”
Sebelum perang dunia ke-2 bukti-bukti mulai dikumpulakn
untuk menunjukan bahwa perkembangan jauh dari yang sudah ditentukan. Bukti itu
sering kali diasosiasikan dengan perubahan drastis pada performance intelektual
anak-anak yang mengalami perubahan sangat besar. Kondisi lingkungan mereka tinggal
dalam tahun terakhir, telah dikembangkan sejumlah besar bukti yang menunjukan
bahwa belajar terjadi dalam sehari-hari pertama kehidupan ketidakadaanpergaulan
sosial pada hari-hari pertama kehidupan menyebabkan tidak simpati dan kerusakan
social pada anak-anak kecil. Ketidak addan pengalaman sosial pada tahun-tahun
pertama kehidupan karena bulan akan berakibat kekurangan kemampuan visual
secara permanen dan sebagainya. Penenrimaan pendapat bahwa perkembangan
kejiwaan dapat di modifikasi oleh pengalaman, termasuk apa yang dikatakan oleh
Hunt. Pentingnya pengalaman pada tahun-tahun permulaan kehidupan manusia bagi
pembentukan perkembangan dimasa mendatang.
Bukti bahwa adanya plastisitas
perkembangan sekarang ini sangat kuat sekali. Lebih jauh dari itu tampaknya
plastisitas meliputi rentangan fungsi kejiwaan yang sangat luas, umpamanya
green berg, uzgaris, dan hunt pada tahun 1968 menunjukan bahwa kemampuan untuk
mengkoordinasikan fungsi penglihatan dan pegangan pada waktu bayi menjangkau
dan memegang objek yang dilihat dengan perhatian matanya, dimodifikasi untuk
pengalaman aktivitas memegang dan melihat sebelumnya. Penggunaan fungsi sensor
aktif motorik itu ditunjang besar sekali oleh apa yang disebut hunt praktis.
Hunt dan kawan-kawannya juga menunjukan perkembangan secara jelas bahkan sangat
mendasar, yaitu tentang kemampuan kognitif yaitu pemahaman anak terhadap objek
eksternal yang ada, bahkan ketika objek itu tidak dapat dilihat. Kemampuan
kognitif berhubungan erat sekali dengan menguasai kehidupan lingkungan yang
memberikan kesempatan untuk menguasai ketrempilan kognitif. Dengan demikian
ketrampilan kognitif seseorang tidak akan berkembang dengan baik jika tidak ada kesempatan untuk mengembangkannya.
Aspek lain kejiwaanyang dipengaruhi oleh pengalaman termasuk kemampuan untuk
membentuk kasih sayang social, kemampuan untuk mengira kedalam dan mengenal
bentuk, motivasi untuk mencari kesenangan dan menghindari mempengeruhi tingkah
laku orang lain ada tidaknya “ketegangan kkognitif” dalam membuat keputusan menghadapi
konflik dan sebagainya implusive “orak kognitif” dan sebagainya.
Pertanyaan pertama, berapa lama
plastisitas berlangsung merupakan salah satu pertanyaan penting untuk teori
pendidikan seumur hidup, kedua dan issu kunci yang berhubungan erat sekali adalah tentang
tingkat kelangsungan plastisitas pada usia tertentu dibandingkan dengan jumlah
maksimum. Plastisitas yang sudah ada, koes tlen pada tahun 1964 telah
mengemukakan bahwa seluruh proses perkembangan dari saat konsepsi dan seluruh
pengalaman dan adaptasi berikutnya merupakan hilangnya plastisitas. Kendatipun
demikian hunt pada tahun 1973 menyimpilkan bahwa plastisitas berlangsung seumur
hidup, ttapi ada bahkan sampai tua renta. Perkembang kemampuan intelektual
menyatakan terdapat pertumbuhan yang cepat pada usia awal kehidupan
anak-anak,puncak pertumbuhan relative pada usia muda, setelah itu mengalami
periode pertumbuhan yang stabil dan akhirnya pertumbuhan merosot dengan cepat
pada usia lanjut.
2.5 PLASTISITAS
PERIODE KRITIS DAN INTERAKSI
Plastisitas adalah konsep utama dalam
pendidikan. Konsep pendidikan sebagai alat untuk mengembangkan individu yang
belajar selama hidupnya. Jika
perkembangan telah ditentukan sebelumnya itu benar, tampaknya Cuma sedikit
sekali diskusi mengenai bagaimana pendidikan di organisir. Untuk tujuan persekolahan sekarang, yang diperlukan
adalah pengertian adanya plastisitas dan efek meningkatnya usia terhadap
plastisitas konsep penting dalam kontek ini adalah tentang “periode kritis”
meskipun seluruh area periode menjadi sasaran perdebatan kejiwaan dan walaupun
beberapa konsepsi peiode kritis itu ada namun prinsip intinya dapat dinyatakan
secara sederhana.
Ringkasnya kepercayaan adanya periode
kritis menyatakan bahwa terdapat tingkat usia dimana jenis pengalaman tertentu
akan berefek maksimum terhadap anak-anak yang sedang berkembang suatu bahan
perdebatan apakah pengalaman diluar bats usjia kritis dapat berkurang efeknya
atau apakah efeknya akan minimal mendekati nol jika pengalaman penting terjadi
diluar batas umm optimal. Kepercayaan akan adanya jumlah besar periode kritis dalam
usia persekoalahan onvensional, barangkali menjadi satu artikel kepercayaan
implisit dalam organisasi pendidikan sekarang.
Terdapat alasan kuat untuk mempercayai
bahwa, paling tidak fenomena adanya sesuatu seperti periode kritis dapat
dilihat besar dalam perkembangan kejiwaan manusia. Dan begitu juga besar
sejumlah besar penelitian terhadap
tikus, anjing dan kera menunjukan adanya alasan kuat untuk mempercayai bahwa
macam-macam aktivitas dalam kehidupan manusia seperti mengenali bentuk dan
potongan, mengira kedalaman, kemampuan untukk membentuk hubungan afektif hangat
dengan orang lain, dan menyenangi corak kognitif tertentu, seluruhnya
berhubungan dengan waktu.
Ketidak adaan pengalaman yang terdapat
pada tahun-tahun sebelumya akan membawa kerusakan permanen dan tidak dapat
ditolak dalam tingkah laku serupa denngan itu anak-anak terpisah dari figur
seorang ibu selama periode tertentu dalam tahun-tahun pertama kehidupan
menunjukan kerusakan permanen untuk menciptakan hubungna sosial.
Seperti study dalam pieget yang
dilanjutkan oleh berner dalam bidang perkembangan kognitif munculunsure
perkembangan kejiwaan yang amat penting. Unsur itu dinyatakan sebagai fenomena
interaksi. Jelas bahwa tidak hanya jalan perkembangan kejiwaan secara derastis
yang dipengaruhi oleh pegalaman tetapi pengalaman pada suatu tingkat usia
berikutnya juga mempengaruhi kejiwaan.
2.6 MODEL
PENGARUH GURU
Sekolah adalah salah satu lingkungan
tempat anak berinteraksi. Guru adalah aspek penting dalam persekolahan. Guru
bisa mempengaruhi perkembangan secara langsung melalui pola penghargaan dan
hukuman dalam merespon jenis tingkah laku murid yang berbeda-beda. Cara guru
berdiskusi juga mempengaruhi murid. Jadi guru dalam kenyataannya dapat
menetapkan iklim yang dapat membantu siakp dan tingkah laku tertentu serta
menekan yang lainnya, pertama motivasi belajar, bahwa belajar adalah aktifitas
yang berharga., konsep disekolah sebagai intruksi yang dapat menolong kedua
faktor kognitif sekarang sudah dikembangkan dengan pesat pada waktu anak-anak
masuk sekolah. Namun dalam system pendidikan sekarang aspek bukan kogniitif
tidak banyak dimodivikasi oleh pengalaman disekolah dengan kata lain, sikap,
motivasi dan aspek yang menjadi sumber utama perbedaan prestasi murid diperoleh
dari luar sekolah
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Categories:
psh
0 komentar :
Posting Komentar